Friday, January 19, 2007

Menjadi Nomor Satu

The Beatles #1.
Album yang paling sering saya putar.
Sampai-sampai rusak.

Tak layak dengar.

Yesterday, Obladi-oblada, Help!, dan sebagian besar lagu Beatles lainnya emang layak dibilang nomer satu. Begitu pula dengan Eyang Lennon dan temen-temennya. Mereka tetap hidup. Mereka tetap nomor satu. Kenapa? Benarkah tak ada yang lebih bagus dari mereka?

Buat gue, being number one ternyata mudah. Terlalu mudah. Cuma satu syaratnya: harus ada yang rela being number second, third, fourth, fifth, sixth, seventh, dan seterusnya. Ini hanya masalah 'rengking'. Itu saja.

Sebagai gue yang ambisius, being second ternyata lebih menyenangkan. Ironis. Ya. Gue lebih senang menjadi orang di urutan ke dua. Di sekolah, di kampus, di kantor, dan di lingkungan. 12 tahun gue sekolah, gue gak pernah rengking 1. Paling mentok rengking 2. And i was very proud of it,actually. Kuliah, ipe gue jg bukan yang terbaik di kelas. Cuma urutan 2 (atau 3 ya? gw lupa). And it's not a big deal!

Gitu juga sekarang gue kerja... gue gak pernah ngimpi jadi orang nomor 1 di creative department, apalagi jadi big boss. Teteeup yaa... being second or next is always nice. Tapi, bukan berarti orang di belakang 'that number one person' itu gak bisa ngasih pengaruh kan?

Pengaruh.
Hmm....
Seberapa besar ya pengaruh gue 'as the next person'?

Nanti aja.
Kasih gue waktu untuk menjawabnya.

Sekarang dengerin Beatles #1 aja dulu deh. Pak Lennon...yuuuk...
"It's been a hard days days days night night night, and i've workin like like like a dog dog dog dog... i should be sleepin like like like like a log log log... sdafba@#%#^$%&^#$%"

Ah! Gue lupa kalo Beatles #1 gue dah gak layak dengar...

Read more...

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP