Sunday, August 15, 2010

SELF ESTEEM



Kalau standar 'cantik' adalah kulit putih, wajah tirus, dan berat badan proporsional...wah gue sudah jelas gak memenuhi 3 kriteria tadi. Secara kasat mata jelas terlihat, kulit gue tanning terbakar matahari, muka dengan pipi chubby, dan berat badan sedikit overweight.


Intinya, i wasn't born to be a beautiful woman, in international standard :)

Dulu, kekurangan ini selalu menjadi momok. Apalagi ketika gue beranjak remaja. Rambut kribo, padahal pada waktu itu cantik adalah rambut lurus panjang mengkilat tersorot matahari. Kulit tanning, padahal kulit pucat seperti cewek-cewek korea jadi idaman. Nah ini dia...kurus! Sementara gue lagi doyan bgt makan. Gendut tak terhindarkan.

Gue juga gak terlahir sebagai cewek yag fashionable. Tshirt, jeans, dan sneakers udah lebih dari cukup. Dipaksain pakai dress...malah terlihat seperti banci. Hahaha...

Capek juga ya sibuk dengan kekurangan...
Lama-lama gue mikir...ah masa sih Tuhan tega amat, gue diciptakan ke bumi dengan kekurangan-kekurangan aja. Gak mungkin ah...katanya Tuhan Maha Baik?

Time goes.
Gue mulai menyadari bahwa i was born as a gifted woman.

I have a great family.
I have thousands of friends.
I can drawing better than elses.
I can identified colours better than others.
I can play piano.
I can play guitar better.
I have a quite good voice when i am singing.
I can write a poem and read it well.
I have a great handwriting.
I can speak Deutsch.
I can do a good design 3 times faster than elses.
I am sensitive.
I laugh a lot.

I am...loveable :)

So girls, there is nothing to worry when you think you have nothing.
Because you have your own power! :)

Read more...

Tuesday, August 3, 2010

SELAGI AKU HIDUP

Selama aku hidup,
aku pernah miskin semiskin-miskinnya.
aku pernah terkhianati seburuk-buruknya.
aku pernah merasa kaya sekaya-kayanya.
aku juga pernah merasa seperti pecundang senaif-naifnya.

Tapi selagi aku hidup,
aku ingin jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.
aku ingin sakit hati sesakit-sakitnya.
aku ingin bekerja segila-gilanya.
aku ingin pergi sejauh-jauhnya titik bumi.

Kapan lagi hidup bisa se-asik ini?

Read more...

Friday, July 23, 2010

Laut...Apa Kabar?

Laut, apa kabar?

Kapan ya kita terakhir ketemu?

Oh iya, waktu itu kita ketemu di ujung Pangandaran, selatan Pulau Jawa.

Aku ingat, kamu agak galak waktu itu. Mungkin karena sedang banyak angin dan turun hujan. Tapi, kamu udah temani aku belajar surfing dan main bodyboarding. Makasih ya :)




Laut, apa kabar?

Yang aku dengar, terumbu kamu lagi sakit karena tsunami beberapa tahun lalu ya? Pantas, karang-karang yang aku lihat di bawah banyak yang rusak dan sakit.


Terakhir aku snorkeling...yang aku lihat di bawah bukan anemon cantik, tapi plastik. Aku sudah coba memungut, tapi terlepas dari tanganku lagi karena ombaknya besar sekali waktu itu. Maaf ya :(




Laut, apa kabar?

Aku pingin banget ketemu lumba-lumba di ujung laut Bandar Lampung. Tapi sampai sekarang belum sempat. Aku juga pingin banget ketemu Clown Fish di Bunaken, atau sekadar melihat Pink Beach di Pulau Komodo. Sampaikan salamku. Semoga bertemu.




Laut, apa kabar?

Aku betul-betul jatuh cinta sama kamu waktu kita ketemu di ujung Pulau Phi-Phi. Aku suka warna Turqoise kamu waktu itu. Dan bahagia rasanya banyak yang merawat kamu di sana. Sebel ya digangguin banyak turis yang snorkeling? Itu tandanya banyak yang naksir kamu :)




Laut, apa kabar?

Seperti apa sih kamu di ujung benua lain di sana? Apa limbah minyak dan plastik masih aja ganggu kamu? Aku tahu kamu lagi sakit. Dan semakin sakit tiap harinya.



Laut...

Take care ya.

Aku belum berani diving sih...

Someday kalo aku udah berani...aku pasti jagain kamu :)


I miss you, and i will always do.


Read more...

Monday, June 14, 2010

11.52PM. Ngobrol sama Tuhan.

BUZZ!!!


Selamat malam, Tuhan...
Sedang apa?
Sibuk kah?
Aku boleh ngobrol sebentar kan?

Tuhan...
Aku tahu, aku tuh bawel banget...
Tiap hari kerjanya nanya dan minta.
Abis aku bingung, aku mau nanya dan minta ke siapa lagi?

Hmm...Tuhan...
Bagaimana ya caranya menjadi manusia yang baik?
Aku sembahyang tiap hari.
Bagaimana ya caranya menjadi wanita yang baik?
Semumur hidup aku menjaga keperawanan diri.
Cukupkah?

Hati ini, semakin hari kok rasanya makin naif aja...
Naluri mementingkan diri sendiri gak bisa aku pungkiri.
Di mana rendah hati?
Kemana besar hati?

Tuhan...
Perlukah sebuah prahara untukku belajar mengerti?

BUZZ!!!
Tuhan kok diem aja?
Jangan marah ya...
Aku kan cuma tanya.

Hmm...Tuhan...
Terlalu banyak cinta yang pergi.
Tapi terlalu banyak masa lalu yang nggak kunjung pergi.

Kalau memang hati ini harus mengalami metamorfosisnya.
Baiklah aku tunggu.

Udah dulu ya Tuhan...
aku off dulu ya.

Makasih untuk hari ini :)

I love You, and i will always do.

Read more...

Broken

Waktu udah gak tau mau gimana lagi.

Cinta dan benci udah kehilangan maknanya.
Bahagia dan rapuh terasa sama saja.
Tanpa beda.

Pengennya mundur.
Pergi.
Udahan.
Biar lega.
Biar bisa hidup kayak dulu lagi.

Gak tau lagi apa yang mau dirasa.
Kenyataannya hak itu tidak pernah ada.
Dengan sadar penuh aku bertanya.
Ternyata ada cinta.
Gak peduli tulus atau monyet.

Baru aku mengerti cinta.
Bukan.
Bukan definisinya.

Love doesn't work.
Di batas sabar ada sadar.
Love doesn't work.
Setidaknya bukan kali ini.

Pengennya mundur.
Pergi.
Udahan.
Biar lega.
Biar bisa hidup kayak dulu lagi.

Tapi masih belum rela.
Nanti.
Pasti.

Beri waktu.

Read more...

Monday, June 7, 2010

HAPPY TEARS

Menangis.


Di telinga selalu saja punya rasa dan konotasi yang negatif.

Selalu saja berkaitan erat dengan duka, prahara, nestapa, musibah.

Ketika merasa gagal...kita menangis. Sebagai pembenaran sebuah kekecewaan.

Ketika dikhianati...kita menangis. Sebagai pembelaan kemarahan yang tidak terluapkan.



Benarkah begitu?



Kalau kita menelisik secara biologis ke organ kita bernama mata.

Ada jutaan syaraf yang Tuhan ciptakan di dalamnya.

Termasuk sepasang kelenjar air mata.

Saya tidak mengerti bagaimana kelenjar air mata bekerja.

Apakah betul-betul ada syaraf halus yang menghubungkannya dengan hati kita?

Dengan naluri kita sebagai 'human being'?



Sering sekali saya mendengar...

"Kamu gak boleh nangis...kamu kan laki-laki! Malu dong ah!"

Berapa banyak anak, terutama di Indonesia, yang 'terpasung' nalurinya...hanya karena dia laki-laki?

Menangis dianggap memalukan, di tengah perasaan mereka yang memilukan.




Hmmm...adakah hubungannya menangis dengan gender?

Lalu kenapa menangis selalu 'halal-halal saja' untuk kaum perempuan, namun tidak untuk laki-laki?

Setahu saya tidak ada syarat halus yang menghubungkan kelenjar air mata dengan alat kelamin.



Teman saya, laki-laki dewasa, tiba-tiba ingin menangis karena rindu anaknya.

Salahkah?


Teman saya yang lain, laki-laki dewasa, mendadak mau nangis karena saking senengnya punya mobil baru.

Salahkah?



Buat saya...

Menangis adalah ekspresi paling wajar dan humanis dari setiap manusia.

Seseorang pernah berkata ketika saya menangis... "Nggak apa-apa Rahma...nangis aja. Itu akan membuat kamu menjadi manusia yang sebenar-benarnya."



Bayangkan bagaimana Tuhan merencanakan sebuah benda liquid bernama airmata.

Nestapa dan bahagia, pada akhirnya memiliki sebuah luapan ekspresi yang serupa.

Apa artinya?



Mungkin begini...there's a thin line between pain and joy.

Bahagia dan prahara bisa berubah kapan saja Tuhan mau.

Bukankah Dia selalu punya cara untuk menunjukkan kebesaranNya?

Manusia hanyalah makhluk lemah yang juga dimuliakanNya.



Sampai sekarang saya setuju, menangis adalah anugerah.

Yang membedakan kita dengan makhlukNya yang lain.



Bahwa kita....punya rasa.

Dan airmata adalah wujud kelemahan, sekaligus kemuliaan manusia.


(Saya mulai berbisik dalam hati sambil tersenyum: Maha Besar Engkau, Tuhan...)

Read more...

Wednesday, April 14, 2010

MENJADI MISKIN



Seringkali saya berjalan menyusuri lorong-lorong pemukiman kumuh di Jakarta. Gang-gang becek, MCK umum dengan sanitasi seadanya, anak-anak yang berkeliaran tanpa alas kaki, pedagang makanan yang meraup uang kertas dengan tangan yang sama, bau pesing di sudut pagar, sampai mencuci piring di aliran sungai yang sama dengan pembuangan tinja.



Jujur, saya senang sekali bersosialisasi dengan masyarakat rural ataupun penduduk urban yang terpuruk di daerah kumuh. Beberapa hari tinggal di pemukiman padat di sana membuat saya mengerti bagaimana mereka menghadapi hidup, bermasyarakat, berinteraksi, dan berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Mereka terbiasa berteriak, berucap kata kotor, vulgar, cenderung menyerang, dan sedikit agresif. Sedikit saja ada wanita cantik yang lewat, dapat dipastikan ada celetukan-celetukan nakal yang terlontar. Eksploitasi seks secara verbal adalah hal biasa. Tongkrongan perjudian, dangdut koplo, dan mabuk adalah bagian hidup.



Wanita berpakaian daster dan keluar rumah adalah lumrah. Anak kecil berjalan tanpa alas kaki adalah wajar. Mencukur bulu ketiak di depan pintu rumah adalah biasa. Menjemur pakaian dalam di depan rumah bukan hal yang tabu. Berhutang ke tukang sayur yang tiap pagi lewat adalah lumrah.



Menjadi miskin adalah bukan pilihan. Jika bisa memilih, tentu saja mereka dengan senang hati memilih tinggal di komplek Pondok Indah, beralaskan lantai marmer dan setiap hari kulit dimanjakan udara dari Air Conditioner. Makan siang di Burger King, lalu Sushi Tei menanti untuk makan malam. Tapi menjadi miskin bukan pilihan. Saya mengerti itu. Menjadi kasar bukan pilihan. Menjadi jorok juga bukan pilihan.



Adalah keterpaksaan yang akan menjadi alasan. Adalah beban hidup dan ekonomi yang akan menjadi sebuah deskripsi akan sebuah pertanyaan. Adalah sebuah garis hidup yang akan menjadi metafora sebuah takdir.



Saya tinggal di sana beberapa hari juga bukan tanpa alasan. Adalah rasa bersyukur yang harusnya muncul kalau malam ini saya masih bisa tidur nyenyak di atas kasur spring bed empuk ditemani sellimut pink tebal lembut dan dinginnya air conditioner. Adalah rasa terima kasih tanpa batas yang harusnya muncul kalau besok pagi saya masih bisa ngopi dan nyicipin cheese quiche di Starbucks, sementara di luar sana...untuk melawan lapar dan lambung yang berteriak saja harus mengais, menunggu limbah dari pintu belakang restoran.



Ketika melihat ke atas...saya berharap. Ketika melihat ke bawah...saya bersyukur.

Adalah sebuah keberuntungan jika sekarang saya tetap menjadi manusia biasa yang menikmati hidup dalam keseimbangan. 



Saya menikmati waktu saya di angkot yang panas sesak dan di pesawat yang dingin dan mewah, saya menikmati makan siang saya di warteg dan di Burger King, saya menikmati sepatu 20ribuan pinggir jalan dan adidas classic kesayangan, saya menikmati perjalanan ke daerah kumuh di jakarta dan keluar negeri, saya menikmati tshirt 12ribuan di pinggir malioboro dan hangten dari singapore, saya menikmati bermain dengan anak kecil di pinggir kali ciliwung, saya menikmati hangout dengan teman di supermall, saya menikmati teknologi gadget apple dan internet, tapi saya tidak boleh lupa bagaimana dulu saya mengerti 'qwerty' saat mengenal mesin ketik.



Saya mengerti, menjadi miskin adalah bukan pilihan. Tuhan menciptakan kemiskinan juga bukan tanpa alasan. Saya yakin semua ada perhitungan yang Maha Tepat. Adalah rasa BERSYUKUR yang akan menjadi raja justru ketika naluri ekonomi manusia tidak terpenuhi dengan sempurna. Itu saja.

Read more...

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP